Atieq SS Listyowati
atieq.sslistyowati@yahoo.com
Thursday, December 8, 2016
Penti
a solo performance
in
Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta
which was funded by Djarum Foundation Bakti Budaya
September 18th
Tuesday, November 29, 2016
Praktik Performance Art dalam Pendidikan Seni
· ‘Praktik
Performance Art dalam Pendidikan Seni’, a public lecture in University of State
of Jakarta [UNJ], Faculty of Art, in ‘Pancaroba’ a performance art festival by
RewindArt #14, November 19th
Sailing Indonesia
· ‘Sailing
Indonesia’, a performance art in University of State of Jakarta [UNJ], Faculty
of Art, in ‘Pancaroba’ a performance art festival by RewindArt #14, November 19th
"SAILING INDONESIA, Sebuah Mimpi Buruk : No More Nightmares!"
(Atieq S S Listyowati)
---
19 November 2015 | 10:30
PANCAROBA
Performance Art Festival
RewindArt # 14
Universitas Negeri Jakarta
Venue:
Auditorium Mafhtuchah Yusuf - UNJ
Kampus A - Gedung F
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta
---
Intro: (pembacaan narasi/puisi dibantu oleh Eza Kherid)
Bak berlayar mengarungi dunia.
Lihat!
Musim kemarau berkepanjangan, gunung-gunung tertidur kini makin aktif dan menggelegak. Badai topan berputaran di berbagai wilayah benua. Yunani tak lagi menjadi negeri para dewa, hanya ajang arena pertarungan olimpiade hidup semata. Beberapa negara terpuruk. Mata uang makin tak bermata. Memicu konflik internal, hingga politis dan masalah sosial. Isyu SARA membabibuta. Gerakan radikal sapu bersih jiwa-jiwa papa. Apa itu ISIS? Ribuan pengungsi merambah berbagai ujung dunia. Ratusan pengungsi kalap dan tenggelam di samudera asa. Terlunta-lunta di perbatasan Eropa. Pembantaian orang-orang dan anak-anak hingga bayi-bayi tak berdosa. Bumi Afrika bersimbah darah. Penganiayaan Kancil. Orangutan berhamburan ke pemukiman. Beruang madu meringkuk lapar di pojok lahan manusia. Gadis cilik teringkuk kaku dalam kardus. Sesama saudara saling memaki. Sumpah serapah di antara mulut-mulut bersampah. Kabut asap menipiskan cara pandang manusia. Tetesan jutaan air mata pun tak kan nampak. Hingga terompet panjang sangkakala terdengar nyaring dan lantang pun, di sepanjang lingkar dunia. Meski hujan deras berawan hitam dan puting beliung berpusar menyelimuti Ka'bah. Akankah bisa menghapus dosa-dosa manusia???
Malaikat Jibril termenung di atas Hajjar Aswad. Sayapnya tinggi menjulang menembus langit tanpa batas.
Wajah indahnya menyibak berjuta makna.
Semesta tengah berkata-kata.
Masihkah kita mampu mendengar?
Masihkah kita mampu berpijak di atas bumi pertiwi ini??
Masihkah kita berlayar di samudera kasih kita???
(Performance)
Kehidupan berawal ketika manusia bangun dan bernafas di atas bumi dimana ia dilahirkan. Dimana bumi dipijak di situlah langit dijunjung, yakni: tanah air.
Mengayuhlah dan berlayar sampai jauh, hingga akhirnya berputar kembali ke asal.
Manusia benar-benar bangun dan 'bangkit' ketika telah berhasil memiliki 'harga diri' atas jati dirinya.
Kita seringkali tertidur dalam berjuta mimpi sehingga terlupa untuk bangun. Terlena bermimpi mengarungi samudera dan mengitari dunia, hingga terlupa melabuhkan kapal. Manusia Indonesia masih saja terlupa untuk menambatkan hati dan cintanya kepada bumi pertiwi ini.
(Is it true?)
---
(Atieq S S Listyowati)
---
19 November 2015 | 10:30
PANCAROBA
Performance Art Festival
RewindArt # 14
Universitas Negeri Jakarta
Venue:
Auditorium Mafhtuchah Yusuf - UNJ
Kampus A - Gedung F
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta
---
Intro: (pembacaan narasi/puisi dibantu oleh Eza Kherid)
Bak berlayar mengarungi dunia.
Lihat!
Musim kemarau berkepanjangan, gunung-gunung tertidur kini makin aktif dan menggelegak. Badai topan berputaran di berbagai wilayah benua. Yunani tak lagi menjadi negeri para dewa, hanya ajang arena pertarungan olimpiade hidup semata. Beberapa negara terpuruk. Mata uang makin tak bermata. Memicu konflik internal, hingga politis dan masalah sosial. Isyu SARA membabibuta. Gerakan radikal sapu bersih jiwa-jiwa papa. Apa itu ISIS? Ribuan pengungsi merambah berbagai ujung dunia. Ratusan pengungsi kalap dan tenggelam di samudera asa. Terlunta-lunta di perbatasan Eropa. Pembantaian orang-orang dan anak-anak hingga bayi-bayi tak berdosa. Bumi Afrika bersimbah darah. Penganiayaan Kancil. Orangutan berhamburan ke pemukiman. Beruang madu meringkuk lapar di pojok lahan manusia. Gadis cilik teringkuk kaku dalam kardus. Sesama saudara saling memaki. Sumpah serapah di antara mulut-mulut bersampah. Kabut asap menipiskan cara pandang manusia. Tetesan jutaan air mata pun tak kan nampak. Hingga terompet panjang sangkakala terdengar nyaring dan lantang pun, di sepanjang lingkar dunia. Meski hujan deras berawan hitam dan puting beliung berpusar menyelimuti Ka'bah. Akankah bisa menghapus dosa-dosa manusia???
Malaikat Jibril termenung di atas Hajjar Aswad. Sayapnya tinggi menjulang menembus langit tanpa batas.
Wajah indahnya menyibak berjuta makna.
Semesta tengah berkata-kata.
Masihkah kita mampu mendengar?
Masihkah kita mampu berpijak di atas bumi pertiwi ini??
Masihkah kita berlayar di samudera kasih kita???
(Performance)
Kehidupan berawal ketika manusia bangun dan bernafas di atas bumi dimana ia dilahirkan. Dimana bumi dipijak di situlah langit dijunjung, yakni: tanah air.
Mengayuhlah dan berlayar sampai jauh, hingga akhirnya berputar kembali ke asal.
Manusia benar-benar bangun dan 'bangkit' ketika telah berhasil memiliki 'harga diri' atas jati dirinya.
Kita seringkali tertidur dalam berjuta mimpi sehingga terlupa untuk bangun. Terlena bermimpi mengarungi samudera dan mengitari dunia, hingga terlupa melabuhkan kapal. Manusia Indonesia masih saja terlupa untuk menambatkan hati dan cintanya kepada bumi pertiwi ini.
(Is it true?)
---
Manajemen Seni Performa, Pendidikan dan Over Consume
· ‘Manajemen
Seni Performa, Pendidikan dan Over Consume’, a discussion in
‘Djamoe#5 Seni Eduhai’ a festival of art in University of Education of
Indonesia [UPI], Bandung, October 24th
‘A.S.A.P [as soon as possible]!!!
a performance art
in
University of State of Jakarta
[UNJ] - Faculty of Art
in
‘Pancaroba’ a performance art festival by RewindArt
#14
November 19th
Statement:
-- Pancaroba adalah penyebab kabut asap?? --
Ketika manusia memiliki ketegaan yang 'luar biasa' terhadap sesama dan alamnya, kehidupan pun akhirnya akan musnah.
-- Pancaroba adalah penyebab kabut asap?? --
Ketika manusia memiliki ketegaan yang 'luar biasa' terhadap sesama dan alamnya, kehidupan pun akhirnya akan musnah.
---
· ‘A.S.A.P [as soon as possible]!!!’ ·
a performance art
in
‘Djamoe#5 Seni Eduhai’
a
festival of art
in
University of Education of Indonesia - Bandung
October 24th
Artist as Organiser
http://www.beton7artradio.gr/index.php/en/
· ‘Artist as
Organiser’, a presentation by skype, narrator & moderator by Demosthenos
Agrafiotis, Phd., International Meeting-Colloque international. Athens,
14-15 Mai 2015, Athens School of Fine Arts, Athens, Greece, organized by
Beton7, a Center for the Arts, May 15th
---
Thursday, November 6, 2014
PULANG ['chez moi']
A Collaborative Performance with Pandu Hidayat (sound art)
"Paris as Viewed from Jakarta"
poem reading with sound art | a collaboration: sound & performance art | by Atieq SS Listyowati (performance art) & Pandu Hidayat (sound-art)
[karya ini merupakan interpretasi terhadap peristiwa politik yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta yang menyebabkan 'hilangnya' beberapa 'orang terduga' terlibat dalam kasus ideologi tertentu sehingga beberapa nama masuk dalam daftar hitam pemerintah RI pada waktu itu dan banyak di antaranya kemudian terpaksa 'hengkang' dari tanah air dan menetap di beberapa negara di benua lain, antara lain berdiam di Paris (ibukota Perancis) selama puluhan tahun. Hingga kini belum pernah melalui jenjang peradilan yang secara jelas membuktikan 'keterdugaan' dan 'keterlibatan' mereka hingga harus mengalami perbedaan sikap sosial karena dianggap 'berbahaya', mereka pun mendapatkan sebutan sebagai kaum 'exile']
*
ketika jarak antara paris – jakarta tak lagi maya
meski tetap di sejuta tahun cahaya
dalam lesatan kilasan sejarah berdarah jakarta
melontarkan anak-anak negeri di jamrud hijau khatulistiwa
ke dalam timbunan dingin salju putih
merintih meradang menggelepar
merangkaki bebatuan jalanan kota paris
terkapar meringkuk bersimpuh di kaki menara eiffel,
jauh merasuk di antara bulir-bulir kristal es membeku
mencoba memahami, menerjemahkan makna diri & segala arti
di antara dentuman irama detak jantung,
berpacu di tiap helaan nafas memburu…
membilur biru… atas nama cinta pribumi
sukma pun menggigil dalam kilatan kerlap-kerlip sinar kota
dari ujung kerling emas berbinar di puncak monas
sejuta tahun cahaya melesat dalam warna-warni pelangi
melukiskan kisah anak-anak negeri
dalam kilauan sorotan sinar menyala di seputar sungai seine
& pantulan mentari pagi di kubah montmatre
ke sepanjang jalanan menuju champ de elyses
oh, … percikan kilatan asa ada di situ
bon jour!
tetaplah hidup!!!
*
poem reading with sound art | a collaboration: sound & performance art | by Atieq SS Listyowati (performance art) & Pandu Hidayat (sound-art)
[karya ini merupakan interpretasi terhadap peristiwa politik yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta yang menyebabkan 'hilangnya' beberapa 'orang terduga' terlibat dalam kasus ideologi tertentu sehingga beberapa nama masuk dalam daftar hitam pemerintah RI pada waktu itu dan banyak di antaranya kemudian terpaksa 'hengkang' dari tanah air dan menetap di beberapa negara di benua lain, antara lain berdiam di Paris (ibukota Perancis) selama puluhan tahun. Hingga kini belum pernah melalui jenjang peradilan yang secara jelas membuktikan 'keterdugaan' dan 'keterlibatan' mereka hingga harus mengalami perbedaan sikap sosial karena dianggap 'berbahaya', mereka pun mendapatkan sebutan sebagai kaum 'exile']
*
ketika jarak antara paris – jakarta tak lagi maya
meski tetap di sejuta tahun cahaya
dalam lesatan kilasan sejarah berdarah jakarta
melontarkan anak-anak negeri di jamrud hijau khatulistiwa
ke dalam timbunan dingin salju putih
merintih meradang menggelepar
merangkaki bebatuan jalanan kota paris
terkapar meringkuk bersimpuh di kaki menara eiffel,
jauh merasuk di antara bulir-bulir kristal es membeku
mencoba memahami, menerjemahkan makna diri & segala arti
di antara dentuman irama detak jantung,
berpacu di tiap helaan nafas memburu…
membilur biru… atas nama cinta pribumi
sukma pun menggigil dalam kilatan kerlap-kerlip sinar kota
dari ujung kerling emas berbinar di puncak monas
sejuta tahun cahaya melesat dalam warna-warni pelangi
melukiskan kisah anak-anak negeri
dalam kilauan sorotan sinar menyala di seputar sungai seine
& pantulan mentari pagi di kubah montmatre
ke sepanjang jalanan menuju champ de elyses
oh, … percikan kilatan asa ada di situ
bon jour!
tetaplah hidup!!!
*
when the distance between paris - jakarta is no longer virtual
though
still in a million light years
in
dashed glimpses bloody history of jakarta
catapult
children in emerald green country equator
into
a pile of snow white cold
moaning
inflamed flounder
crawl
on the rocks of the streets in paris
lying
curled up kneeling at the foot of la tour eiffel,
far
penetrated in between grains of ice crystals freeze
trying
to understand, interpret the meaning of self and all meaning
between
pounding rhythm of the heartbeat,
raced
in every sigh hunt ...
welting blue... in the name of love native
soul
was shivering in a flash of light flickering town
from
the end of the gleaming gold sparkle at the top of monas
million
light years racing in the colors of the rainbow
depicts
the story of the children of nation
the
beam radiance lit around the river seine
and
the reflection of the morning sun in the dome montmatre
along
the roads leading to the champ de elyses
oh, ... spark flashes up there
bon jour !
still alive!!!
Technology has always been an integral part of many artists to respond to it. This performance is inspired by Atsuko Tanaka's performance (Gutai Group-Japan in 1960th). Expression critical of the creation of more technology to the expansion of the interpretation, especially in social-political situation. This interpretation is evolving to include the technology itself is framed in the decoding process. The light that travels into the digital data to a computer and then out in the form of a new voice through the transformation of electronic technology.
LIGHT is a plank in the history of time travel that is ready to sing the SOUND of the past existence of contemporary life to come. When documentation becomes an important role as artifacts of life, the history of archives and manuscript discovery in matters of days is a blue print of us who breathe in the middle of relativity to the lives of tomorrow and beyond.
None apart from the portraits of the past, so we move forward darted like light and sound that illuminates and fills every niche of silence in our hearts.
Subscribe to:
Posts (Atom)